Kau diam diam bertanya pada rindu tentang runtuhnya bulan di atas bumiku, kau diam diam mengintip pada rindu tentang malam yang menamparku dengan sunyi yang semakin puncak dan kau juga diam diam merajuk pada rindu tentang lamunku yang tak terjamah suara angin.
Kau angkuh ! Kau gelisah ! Dan kau merindu !
Aku tak bermaksud munuduhmu dengan ludahku atau merobek mata binarmu, tapi biarlah aku membela diri untuk kesekian kalinya.
“Aku tak tau persis sejak kapan sunyi menggenggam telunjuku lalu menuntunku sesukanya tapi jelas, sunyi mendiketku banyak hal ; bahwa kau punya lembah yang telah lenyap karena kenaifanmu sementara kau terus merangkak naik tanpa kau sadari bahwa tak ada bukit, dan akar dibawahmu telah mengikatkan kakimu ke dalam kegelapan. Semakin kau naik semakin panjang akar akar ikatanmu. Otakmu kosong ! Sampai akhirnya kau menyerah pada sunyi, kakimu terikat, matamu terpejam, pasrah dan air matamu menari menyabit pipimu. Kau terlanjur meniduri sunyi dan sunyi yang brengsek itu membisikan bahwa kau tak pernah temukan dirimu diatas sana, kau ada disini bersamaku , bermalam denganku lalu ku pinang kau dan kusetubuhi seluruh lukamu”
Sayangnya aku manusia. Aku punya penyakit ; cinta ! Aku tak tau dari mana kau datang ke lembah dan memeluku, membelai otaku dengan segala candumu dan kau minum seluruh air mata keringku hingga kelopak mataku terbuka karena lembutnya bibirmu.
Ah kau ini, kulihat sekujur tubuhmu menggigil manatap mata sayuku. Kau tak pernah berhasil soal itu ! Kau selalu kalah dengan kegelapanku dan sunyi yang terlebih dulu menyutubuhi lukaku karena kau begitu memaksakan diri menerangi tubuhku.
Kau angkuh ! Kau gelisah ! Dan kau merindu !
Dan sayangnya aku manusia. Aku punya penyakit ; prinsip ! Kau dan aku masih saja sama, kau menjatuhkan seluruh telapak tanganmu ketengkuk dan pipiku, kurasakan gemetar hebat disetiap jari jarimu sementara mata sayuku juga tak berhasil menyibak tanganmu.
Aku tak tau apa yang sedang kau cari didalam sunyiku, namun yang ku tau, kau boleh mememluku semaumu dan sungguh ! aku akan biarkan air matamu itu membasahi tubuhku tapi aku tak akan pernah berbagi sunyiku padamu dan biarlah aku menikmati resahku atasmu bersama kekalutanku

Bersembunyi didalam sunyi supaya tidak bisa ditemukan. Setiap orang pasti akan memiliki opini berbeda dengan apa yang tertulis. Opini yang mungkin bisa saya sampaikan adalah egois. Kita bergumul dalam sunyi untuk tujuan yang berbeda, satu bergumul untuk mencapai fantasi yang tak berujung karena fatamorgana mendaki bukit, satu lagi selalu diam menyimpan semua luka sendirian hingga dia terlihat baik namun didalamnya remuk lebur bagai butiran debu.
BalasHapusBy : Lavender Red
Dan terkadang ada beberapa yang bersembunyi karena ingin ditemukan ingin juga dicari, ada yang merindukan tapi tak tau apa yang ingin dibicarakan. Ada yang ingin bertemu tapi tak sanggup menahan sekujur air mata yang pasti akan tumpah ruah. Sejujurnya rindu bukan hanya rindu tapi sangat rindu, hanya saja keadaan yang memaksa untuk menelannya mentah mentah.
BalasHapusNamun terkadang yang bersembunyi selalu bersembunyi tanpa mau ditemukan kecuali oleh orang yang dikehendaki untuk menemukan nya. Dan merindukan sesuatu tanpa bisa menyatakan rasa rindunya karena sebuah ego yang membuat lidah kelu dalam berkata-kata. Kita adalah aktor dalam drama hidup kita, mau menjadi protagonis yang selalu merasa tersakiti atau antagonis yang selalu bertingkah atau tritagonis si bijaksana, hal itu menjadi pilihan kita sendiri. Maka selagi kita masih menjadi aktor terus perankan peran kita, bersembunyi dalam sunyi untuk ditemukan atau memang bersembunyi dalam sunyi untuk menghilang, merindu dengan ego atau merindu dengan sederhana.
BalasHapusSeperti kata cinta yang ditulis oleh Chairil Anwar "Aku ingin mencintaimu dengan sederhana..."
Lalu yang kau sebut merindu dengan sederhana itu yang seperti apa?
BalasHapus