Lalu darimana sebenarnya mitos mitos itu membuat manusia menjadi semakin miskin, terpenjara dan mati dalam kerongkongan kekuasaan ?
Salah satu dongen paling menidurkan yaitu bahwa kaum laki laki adalah seorang tulang punggung keluarga, seorang yang berhak atas hak milik dan waris dan seorang yang berhak atas apapun yang sempat dia lihat. Ya, karena ini dongeng maka kisahnya pun menjadi berlarut mendayu hingga masyarakat luput atas apa yang sebenarnya terjadi ?
Dulu jauh sebelum masyarakat modern terbentuk dunia kita pernah mengalami suatu kebudayaan primitif yang jauh lebih demokratis, dimana revolusi kognitif manusia sedang melenggang menjadi tahapan peradaban, penelitian ini dilakukan oleh lewis morgan antropolog dari amerika serikat.
Suatu masyarakat kuno dengan kelompok berskala kecil, mendiami setiap hutan di penjuru dunia. Mereka semua saling bekerja sama antara laki-laki dan perempuan. Tidak ada diskriminatif, semua berhak atas apapun. Tidak ada hak milik pribadi tidak ada oligarki dan tidak ada seorang yang duduk menodongkan senjata sambil membual tentang peraturan. Semua berjalan dalam skenario yang adil dan demokratis, ya walaupun kata demokratis belum eksis di jaman itu.
Perempuan adalah tolak ukur peradaban mereka, tidak hanya beranak pinang tapi mereka berkerumun dan berdialektika untuk menemukan obat-obatan, cara pengawetan makan, peramuan dan mungkin juga bahasa. Sementara laki laki berlarian di hutan, mencari segala yang bisa dimakan dengan insting, pengetahuan alam, dan pembacaan situasi. Mereka bekerja sama membuat perangkap. Tidak sendiri ! Semua berlari demi babi hutan maupun rusa yang gemuk.
Hewan hasil buruan dibawa pulang tempat ternyaman mereka, tidak berebut, tidak korup ehhh. Ya disana semua meresakan babi hutan, merasakn rusa dan merasakan hangatnya sinar api yang menembus ke bagian pori pori manusia. Tidak ada yang menangis kelaparan ataupun tidur di emperan jurang.
Sedangkan anak anak duduk berjejer bersama para pemuda dewasa lainnya. Tidaka ibu dan bapak tunggal. Semua perempuan dan laki laki dewasa adalah ayah dan ibu mereka dan sebaliknya. Mereka merasakan ke hangatan semenatara tetua memberikan wasiat wasiat di tengah kobaran api dan kepulan asap.
Malam berlalu begitu cepat sama seperti evolusi yang telah membalikan semua keindahan cerita itu di pagi hari.
Dimana suatu revolusi agrikultur berskala besar muncul di berbagai penjuru hutan. Perubahan pun terjadi !
Perempuan tak lagi berkerumun di setiap sudut yang nyaman, mereka terpisah secara sosial menjadi bagian yang lebih kecil dan menjadi hak milik seorang laki laki. Mereka tak bisa lagi berdialektika, urusannya itu tergantikan dengan domestikasi rumah tangga ; dapur, kasur dan sumur. Harinya habis oleh kegiatan monoton itu dan anak menjadi tanggung jawabnya. sementara laki laki berburu dan merayu setiap perempuan yang dia lihat.
Laki laki seolah berhak memiliki ribuan istri sementara perempuan hanya bagian yang tabu jika melakukan hal tersebut. Hmm ?? Dan Kekuatan garis keturunan darah menjadi kian ditonjolkan sehingga tak ada lagi sistem anak adalah milik semua kelompok melainkan hak milik sepenuhnya dari keturunan darah serta menjadi tanggung jawab ekonomi sosial dan cinta. Maka terbentuklah keluarga inti ayah , ibu dan anak.
Kemudian dari sinilah terbentuklah suatu kelas sosial. Setiap keluarga saling memperluas lahan pertanian mereka, perang, darah dan kematian demi sebuah hak milik yang tiada batas adalah prioritas mereka. Siapa yang paling kaya jadilah Tuan tanah yang berhak atas segala bawahan.
Para tuan tanah ini membual peraturan, sistem politik, kepercayaan dan berbicara mitos negara. Mereka par tuan tanah duduk diatas kursi berbalut sutra, di sanjung, dibelai wantian sementara mereka yang kalah perang menjadi budak, bekerja di ladang dan menghidupi semua orang yang kalian lihat di buku sejarah, seni, sastra dan filsafat. Atau mereka mati di tepian sungai sembari membayangkan menelan sesuap gandum.
Pada akhirnya kita semua telah terjerumus dalam mitos negara dan dieksploitasi baik perempuan maupun kelas pekerja. Dulu anak adalah hak milik semua anggota kelompok untuk memberinya segala yang diperlukan agar tumbuh dan berkembang namun kini negara menyekat nyekat dan tanggung jawab besar ini dilimpahkan ke setiap keluarga inti. lembaga pernikahan dan keluarga seperti tahanan ekonomi, dimana seluruh beban kebutuhan hidup ditanggungkan kepada setiap orang tua. Sementara negara tak pernah menjamin apapun bahwa ayah dan ibu mereka akan selalu memiliki pekerjaan atau upah yang memadai untuk memenuhi kewajiban sebagai orang tua.
Kemiskinan lahir dimana mana !