Posted By:

 






“Kendali bukanya soal kemampuan memperolah tapi juga kemampuan untuk mempertahankan”

Ada rasa belum terselesaikan yang mengombang ambing kantukku. Sampai barang jam 3 mataku masih mengawasi dinding berhias sebuah lukisan dari seorang yang pernah singgah dan mengisi jiwa yang kesepian. Lampu utama telah padam semanjak dua jam lalu kini tersisa hanya bias cahaya bulan yang menembus dari sela jendela. Mataku masih tetap mangawasi lukisan tersebut yang tak lain adalah wajahku sediri. Berlatar hitam pekat dan pigura putih menciptakan aksen kontras yang tajam. Ukurannya mungkin 30 kali 45, pada bagian bawah lukisan tertulis dalam yunani selamat ulang tahun yang ke 20. Mataku terhenti mengamati angka tersebut. Menghunus masuk kedalam pikirku, membawanya pada kisah-kisah yang telah ku lewati selama dua dasawarsa.


Ternyata aku telah berkepala dua, sudah tak terhitung lagi berapa kali aku mencukur kumisku yang kini ku bebaskan tumbuh. 


Setengah jam berlalu menyelami masa silam, mataku mulai lelah, juga pikiran juga hati tergerus memori yang hanya bisa dikenang sebagai cerita atau dongeng anakku kelak, Ah jauh sekali sampai bahas anak. Pada akhirnya kelopak mataku menyerah.


Namun baru saja terlelap aku dibangunkan oleh dering ponsel dengan nomor panggilan yang tak pernah kukenal.


Sebentar kuamati, barang kali ada yang penting.  


“hallo selamat pagi, apakah ini dengan tuan worcestershire” 


Dia tau namaku ? terdengar seperti perempuan dengan tipe suara kontralto. Berbicara tenang dan tidak tergesa gesa, hampir semua kata terucap dengan sempurna. Biasanya banyak orang yang sering terpeleset ketika menyebut namaku. Namun tak ku temukan gambaran tersebut.


“Iya nyonya. Apa keperluanmu menelfonku pada pagi buta seperti ini. Lalu apa identitasmu”. Aku menoca terlihat sejengkel mungkin. 


“tenang tuan, aku telah mengawasi tuan dalam beberapa jam lalu, tuan terlihat gelisah dan tidak bisa tidur. Sepertinya tuan banyak masalah ? 


Dia mengawasiku ? sedang semua pintu dan jendela telah kututup hanya beberapa lubang fentilasi sempit. Lalu dia juga bisa tau apa yang sedang terjadi dalam pikiranku. Apakah dia dewi ? Kalaupun dia dewi kenapa bicara melalui sambungan telefon bukanya dewi punya kekuatan menembus ruang dan waktu ?  


“Maaf nyonya aku perlu jawaban atas pertanyaanku atau kututup telfon ini”. 


“Tuan akan tau sendiri nantinya, aku menelfon bukan sebagai penipu, penjahat atau apapun yang telah dihadirkan dalam pikirian tuan atas diriku. Aku hadir dalam keadaan yang sangat serasi dengan kondisi pribadi tuan. Dalam beberapa jam kedepan aku akan mengubah tuan menikmati tidur yang lelap dan hidup yang serba bahagia” kata dia menenangkan. 


Dia meneruskan.


“Kini tuan berada dalam posisi yang sangat tidak berdaya dalam konteks pikiran. Tuan telah mencapai kebebasan dalam hidup; lepas dari bayang-bayang orang tua, lepas dari ikatan asmara namun sejatinya tuan telah kehilangan kebebasan itu sendiri. Tuan telah sampai pada titik senja dimana kebabasan tuan meledakana keterasingan dan ketidaknyamanan diri; keraguan terhadap peran diri dan orang lain dalam semesta, makna hidup, yang ujungnya meruahkan perasaan kacau pada lukisan yang selalu tuan tatap itu”


Kata-kata itu mengalir deras dalam nadiku mengikuti irama darah yang menyebar keseluruh tubuh termasuk otaku yang belum menerima tuduhan itu. 


Dia belum puas dan meneruskan. 


“kebabasan yang selama ini tuan pegang sifatnya tak terkendali, berbahaya malah membuat tuan memikirkan semua hal yang semestinya tuan tinggalkan. Hidup tuan sangat menderita dengan segala impian, angan dan perintah. Tuan seperti domba yang digiring anjing menuju kandangnya. 


Tuan sangat puas atas keberhasilan perintah lalu memuji diri sembari menunggu perintah selanjutnya. Terus menerus seperti itu, hingga tuan tak sadar bahwa itu penderitaan lalu menikmatinya seolah sebuah kebebasan seperti seekor burung. Tapi perlu tuan ingat burung bisa terbang bukan berarti dia punya hak terbang melainkan dia diciptakan mempunyai sayap. Seperti tuan diciptakan sebagai manuisa berfikir, maka jagalah senjatamu itu sebaik-baiknya agar tuan bisa mengendalikan kebebasan” dia tak meneruskan hanya menarik nafas yang cukup dalam. 

Aku menangkap maksudnya, namun selama dia berbicara tak terdengar noise apapun, sepertinya dia berada dalam tempat yang hampa, hening atau mungkin di dalam ruang isolasi bawah tanah. Perempuan aneh ini mencoba menggiringku kedalam alur pembicaraanya namun belum sempat aku menjawab dia memulainya lagi. 


“Apakah tuan tau kisah James Stockdale ?”


“Tidak” . sepontan aku menjawab, dan belum sempat lagi aku meneruskan kalimatku dia langsung memotonya. 


“Seorang pilot angkatan udara Amerika Serikat yang terjun di perang Vietnam. Stockkdale menyelesaikan 150 misi penerbangan di wilayah musuh namun naas pada tahun 1965 pesawatnya ditembak jatuh, beruntung dia sempat mengaktifkan parasutnya. Dia selamat tapi menjadi tawanan perang. Lalu tuan pasti tau kondisi selanjutnya ? Stockdale dikroyok yang mengakibatkan luka permanen pada kakinya, ditahan selama 7,5 tahun dan mengalami 15 kali penyiksaa”

 

“Lalu apa hubungnya denganku”


"Bayangkan tuan dalam kondisi tersebut apa yang tuan lakukan?"


“Apa lagi selain menunggu kematian dan pertolongan”. Kataku dengan lesu. 


“Anda salah tuan, Stockdale tidak mengharapkan pertolongan ataupun kebasaan cuma-cuma dan optimisme, beberpa tawanan lain telah mati atas pikiran konyol tersebut. Stockdale mencari jalan lain, dia tidak berharap untuk dibebaskan ataupun menjaga kematianya agar lebih lama. Dia melakukan apa yang bisa dilakukan dalam keadaan yang serba gelap, furstasi dan diambang kematian. Stockdale memberikan motivasi kepada para tawanan bahawa tidak ada yang perlu diharapkan atas sesuatu yang diluar kendali kita; pembebasan setalah natal, harapan itu sifatnya lemah, bagai budak, terikat dan milik orang lain sedangkan hal hal yang berada dibawah kendali kita itu sifatnya merdeka, tidak terhambat dan bebas. Karenanya jika menganggap hal hal yang lemah sebagai bebas dan hal yang milik orang lain menjadi milikmu maka bersiaplah untuk mati atas kekecewaan dan kau akan selalu menyalahkan para dewa dan manusia”


Sementara dia menarik nafas aku merangkai lagi analogi yang sebenarnya sangat sederhana. 


“kebahagiaan sejati datang dari dalam diri sendiri, seperti yang stockdale lakukan. dia menemptakan dirinya sebagai orang yang sama sekali tidak terlibat dalam permasalahannya, konsep ini sering disebut sebagai prespektif burung elang. Dimana Stockdale mencurahkan rasa acuhnya terhadap sesuatu yang sebenarnya sedang menimpa dirinya, dia percaya bawah segala bentuk alam ini berupa kosmos atau tatanan yang tertib sehingga siapapun tidak akan bisa melawan ketertiban tersebut lalu yang sotckdale contohkan adalah mengikutinya dan memainkan peranan yang bisa dia kendalikan. Stockdale merekontuksi ulang penderitaan tersebut menjadi tafsir yang lebih bisa di terima secara rasional.”


Tanpaku sadari kini telah dalam posisi duduk. Dia terus saja berbicara sembari ku telaah pelan pelan. 


“Jadi singkatnya Stockdale menerapkan metode dikotomi kendali, memilah mana yang berdiri diatas kendalinya dan berdiri diluar kendalinya. 


“Lalu apa yang harus dikendalikan dan yang tidak bisa dikendalikan’. Aku menyabar 


“Pertanyaan yang cemerlang. Segala sesuatu yang berada di luar tuan adalah hal yang tidak bisa dikendalian. Sebut saja kekayaan, reputasi, kesehatan dan persahabatan.


“Maaf nyonya, persahabatan dapat aku terima sebagai hal yang diluar kendali, karena pada teknisnya kita berhubungan dengan seorang yang bersifat abstrak, menjengkelkan seperti nyonya. Tapi bukankah kekayaan, reputasi, dan kesehatan adalah hal yang sangat bisa kita kendalikan ? manuisa dapat mengontrol jadwal liburan, bisnisnya, manggung atau bersepeda di trotoar khusus pejalan kaki. mereka sepenuhnya berada dalam kendaliku. 


Dia tidak langsung menjawab kembali menarik nafas panjang membiarkanya hening beberapa saat. 


“Tuan worcestershire, perlu di ingat, kendali bukan hanya sekedar bagaimana kita memperoleh tapi bagimana kita juga mepertahankan. Tuan bisa saja mencari kekayaan dengan bekerja siang malam, dapat warisan atau menang hadiah lotre senilai 1 miliyar atau tuan bisa saja membuat kegemparan dengan mengubah air ketuban menjadi bahan bakar pesawat demi reputasi atau tuan melakukan lari sepanjang 1000 km demi kebugaran dan kesehatan tuan. Tapi itu adalah konteks mendapatkan bukan mempertahankan. Pada hakikatnya kekayaan, reputasi, kesehatan tidaklah mampu tuan pertahankan, bisa jadi hari ini terjadi tsunami yang menghanyutkan kekayaan tuan atau hari ini tuan tak bisa menahan diri untuk mendukung calon kepala daerah atau tersebarnya vidio seks dengan mantan tuan atau tiba tiba tuan didiagnosa menderita kanker genetik. Nyatanya tuan tidak bisa mempertahankan, itu sebabnya mereka berada diluar kendali”.  


“lalu apa yang dibawah kendali ? dia bertanya lalu menjawabnya sendiri 


“Mudah saja, persepsi, judgment tujuan dan keinginan. Terlihat sangat ringan bukan ? tapi ini adalah musuh vital yang hari ini tuan derita. tuan mengaitkan persepsi, keinginan dan tujuan sama sekali tidak orgin, tuan dikuasi oleh orang lain, politik mungkin juga bayang bayang mantan tuan. Beberpa hal yang telah aku sebutkan adalah kemerdekaan yang sebenarnya, di bawah kendali namun sangat rentan terpengaruh dengan hal hal diluar diri tuan. Sementara tujuan tuan di gantungkan pada sesuatu diluar kendali; reputasi, kekayaan dan kesehatan. 


Nyonya benar, beberapa idealisme yang telah ku bangun kini hampir runtuh dan teromabang ambing, hidup digantungkan pada sesuatu yang bersifat meteri. Sementara dalam berhubungan aku masih terlalu sering mengiyakan urusan orang lain. Takut menolak, sedangkan urusanku juga tak kalah ruwet, tak terurus dan terus menggunung sampai sampai badanku ikut tak berdaya, lelah pikiran seperti inilah depresi. Dia menyerang jiwa, pikiran dan juga fisik.


"Hallo, tuan masih disitu"


"Masih, teruskan nyonya"


“Tapi perlu Tuan worcestershire tekankan, dikotomi kendali sama sekali tidak mengajarkan tentang pasrah pada keadaan ataupun menyerah, malahan mengajarkan bahwa dalam penderitaan dan situasi paling tidak manusiawi ternyata masih ada makna yang tercecer. Nyatanya tuan tidak pernah bisa memilih untuk dilahirkan oleh siapa, atau bisa memilih untuk bercinta dengan anak dari konglomerat tapi tuan bisa menentukan sikap yang mesti diambil dan sungguh dalam situasi paling tirani pun tuan masih punya kemerdekaan pikiran, prespektif dan sikap. Dan terkait dengan menyerah aku akan mengirim email tentang kisah sang marinir. Sampai sini apakah tuan dapat menerima ?"


"Tidak semudah itu menerima serangkaian tuduhan yang agaknya benar, apakah nyonya pernah mengalami hal yang sama sepertiku ?"


"Semua manusia akan mengalami tanpa terkecuali, bagaimanapun rute perjalanan manusia sudah diatur oleh dewa tapi sering kali keteraturan itu menjadi kebimbangan bagi para pelaku yang meresa tidak sesuai dengan kehendak jiwanya makanya beberapa orang telah berfikir bahwa masalah ini akan menjadi ancaman besar bagi umat manusia. Yaitu keterasingan, ketidaknyamanan dan ketidakbermaknaan diri. Pendahulumu pun seperti itu, kisah zeno yang kapalnya harus karam sedangkan di dalamnya terdapat hampir semua hartanya untuk dijual lalu jatuh miskin dalam sekejap. Akhirnya dia sadar akan hal yang telah kita bahas tadi yang membentuk suatu aliran filsafat bernama Stoisisme di Athena sekitar 2000 tahun lalu. Stoisisme adalah aliran yang mingkuti tradisi Plato dan Aristoteles walaupun zeno sangat terkagum kagum dengan keberanian Socrates dalam mempertahakan kebenaran. Stoisisme menekankan aspek bahwa kebahagiaan lahir dari kebajikan yang tertanam pada diri sendiri, hidup selaras dengan alam, mampu mengendalikan afeksi atau pertalian dengan manusia lain sehingga stoisisme bukanlah ajaran spekulatif melainkan cara pandang hidup yang mendalam dan penuh dengan prinsip emosi. Stoisisme juga berpendapat bahwa adanya sutu hukum alam yang telah diatur oleh jiwa yang tunggal sehingga secara tidak langsung Stoisisme mengajarkan pada sikap menerima keadaan. Stoisisme adalah paham yang dipakai oleh orang orang yang memilih hidup dalam kesederhanaan walaupun penganutnya banyak dari kalangan aristokrat; Marcus Aurelius kaisar romawi, jika tuan pernah menonton film gladiator disitu ada dia tapi sepenuhnya marcus sangat menekankan pada kehidupan yang tenang dengan tujuan yang mampu kita kendalikan atau dibawah kendalinya. Selain itu Stoisisme menjadi cara para pejabat menangani rakyatnya. Lihat saja betapa tenangnya mereka ketika ribuan demonstran menggruduk tempat kerjanya karena keputusan yang telah di buat ? Para pejabat ini menempatkan diri sebagai orang ketiga dalam masalah yang sebenarnya sedang menimpa dirinya dengan cara seperti itu dia akan mendaptakan ketenganan berfikir" 


"Apakah tuan masih bisa mengikuti?" 


"Masih nyonya, teruskan saja"


"Ketenangan berfikir inilah yang menjadi andalan para kaum stoisisme atau mudahnya kaum stoa. Selain dari golongan aristokrat paham ini juga dianut oleh seorang budak bernama Epictetus dia memberikan tamparan bagi kaum yang merdeka bahwa dalam hal perbudakaan juga masih ada suatu kebebasan yaitu sikap dan prepektif seperti yang telah taun dengar tadi. Epictetus menerima sepenuhnya apa yang dia derita sebagai budak sehingga dia tidak merasakaan penderitaan malahan sebaliknya. Sikap sikap seperti inilah yang sudah selayaknya tuan bangun"


"Apakah masih berguna pemikiran dua ribu tahun lalu dengan kondisi yang sekarang" 


"Tentu, tuan buktikan saja. Dunia yang sekarang butuh sekali pemikiran ini, pemikiran yang meberikan hakikat lengkap tentang cara menikmati hidup. Tuan ak…." Tut. Tut. Telfon mati. Ah sial, aku lupa mengisi daya ponselku. Sementara pembicaraan belum juga rampung.


Biarlah. Ku letakan lagi tubuhku diatas ranjang sedangkan jam menunjukkan pukul lima pagi. Ponsel sengaja ku biarkan mati aku ingin merangaki ulang pidatonya. 


Kulihat lagi lukisan wajahku yang menjadi sangat jelas. Sungguh dulu aku tak sekurus itu sewaktu hidup hanya soal cinta, matematika dan berpesta. Kini beban semakin bertambah, dewasa yang pernah aku liat semasa kecil amatlah ruwet dan njlimet.


Dia mengajarkan menerima apa yang sudah digariskan oleh alam dan dewa. Karena segala hukum yang terpicta hari ini adalah tiuran atau ringkasan dari apa yang telah alam sajikan. Selain itu dia juga mengajarkan bahwa dari masalah yang tercipta kita harus selalu bisa menempatkan posisi dan mengambil sikap yang bisa terima secara rasional yaitu tanpa menggantungkan harapan pada hal diluar kita; manusia, dunia. 


Aku lega dan terlelap dalam renungan. Ku tunggu email darinya.


0 Komentar